Sejarah X-Fuera
Brazil 2003, X-Fuera Lahir
Walau tidak buruk tapi tahun 2003 bukanlah musim yang cukup bagus buat Jorge, DNF atau berakhir di jajaran belakang beberapa kali dialaminya. “Saya selalu berada 0.5-2 detik di belakang pimpinan balapan, di Jepang tidak finis, di Afrika Selatan p24, di Sachsenring dan Donington melakukan kesalahan. Tak ada seorang pun di tim kami yang cepat atau sering mendapat poin, walau dapat poin banyak di GP Catalunya, jarak dgn Pedrosa sangatlah jauh, sekitar 25 detik” ujar Jorge. ““Motor Derbi sulit dikendalikan, tanpa akselerasi & chasisnya sulit dimengerti. Jadi untuk menjaga kecepatan, saya harus berimprovisasi di tikungan, mengorbankan pengereman dan tetap melaju kencang. Memang untuk saya motor Derbi lumayan cepat tapi bila dibandingkan dgn Honda & Aprilia, itu tak ada apa-apanya. Karena kekurangan-kekurangan itulah saya memutuskan untuk memperkuat cornering yang sejak kecil telah dilatih oleh ayah saya dan di Derbi, kesempatan itu terbuka.”
Meskipun belum berdampak pada hasil, Jorge terus mengasah kemampuan corneringnya dan membuktikannya dengan menjadi yang tercepat di sektor itu tatkala balapan. Jorge kemudian mengikuti perlombaan CEV di Jarama dan menjadi juara di sana. Hal ini membuatnya berpikir dan bertekad untuk mendapatkan yang terbaik pula di ajang motogp. “Saya melewati Dani Pedrosa, tetap berada di belakang Gabor Talcmasi dan balapan itu sendiri dimenangkan oleh Pablo Nieto. Sejak hari itu, semuanya terasa berbeda, saya siap untuk tetap berada di depan.” Hal ini juga sesuai dengan pemikiran Lorenzo, “Ketika untuk pertama kalinya seorang pembalap mendapatkan hasil yang fantastis, pemikirannya ikut berubah. Gaya mungkin masih tetap sama, tapi pemikirannmu yang ikut menentukan apakah kau akan menjadi pembalap yg lebih baik atau tidak. Kalau tidak jatuh, pastinya kau sangat bodoh kalau tidak tetap memimpin.”
Start di belakang Pedrosa, Stoner, Pablo Nieto, Alex DeAngelis, Andrea Dovizioso, Lorenzo baru bisa masuk ke jajaran depan setelah balapan mencapai 2 lap. “Sebelumnya Emilio Alzamora memberitahuku kalau balapan dimulai dengan banyak pembalap yang memimpin, orang yang dapat meraih minimal posisi 3 akan dapat memenangkannya” ucap Lorenzo. “Saya kemudian memimpin lomba, tapi itu balapan yang membuat kita sulit sekali mempertahankan posisi”.
“Kami kemudian tiba di lap terakhir, saya masih keempat dan masih mencari cara untuk bisa meraih posisi ketiga. Saya kemudian menyadari bahwa kalau mengambil tikungan pertama dari luar dapat memberi keuntungan waktu, di lap sebelumnya saya melakukannya tetapi gagal. Kali ini saya harus nekat, harus bisa menyalip pembalap lain di tikungan tersebut.”
“Saya mencoba untuk menyalip Pedrosa dari sisi luar ketika dia sedang menahan laju motornya, ketika dia masih sedikit kaget melihat saya melakukannya, saya menyadari motor Stoner ada di depan saya, tanpa pikir panjang saya lalu menyalipnya juga”.
“Pada tikungan selanjutnya saya kembali ke posisi 3 karena Stoner kembali menyalip, tetapi di depan masih ada 4-5 tikungan lagi, saya masih punya kesempatan untuk menyalip pembalap yang berada di depan. Saya berusaha keras memacu motor saya, meninggalkan ruang antara saya dan Stoner dan pada waktu yang sama, mengejar DeAngelis. Kami berusaha mengejar satu sama lain dari sisi luar, saya terus berharap agar tidak ada pembalap lain yang melewatiku karena jarak kami yang dekat. Akhirnya, yang pertama melintasi garis finis adalah motor saya. Sampai sejam balapan berakhir, jantung saya masih berdebar kencang. Semuanya terasa mengagumkan. Pada lap terakhir saya menyadari bahwa itu adalah kesempatan saya yang mungkin tak akan datang dua kali dan saya akan melakukan yang terbaik. Itu adalah kemenangan yang saya peroleh di akhir lap dengan melampaui semua batas.”
Berurutan dari juara, 6 pembalap yang berada di garis depan berakhir menjadi Lorenzo, Stoner, DeAngelis, Pedrosa, Nieto dan Dovizioso dengan margin yang dekat. Dari segala masalah yang ada di tim Derbi Caja Madrid, setidaknya balapan di Rio tahun 2003 ini akan tetap diingat oleh Lorenzo, “Mendebarkan, ini adalah kemenangan pertama saya di GP, ketegangan akhir lap dan balapannya sendiri akan tetap menjadi salah satu kenangan terbaik saya. Kemenangan ini untuk semua, untuk ayah saya, dan semua orang yang membantu saya untuk bisa menang.”
Kemenangan ini menjadi jalan untuk Lorenzo sebagai seorang pembalap yang diperhitungkan. “Brazil 2003 adalah kuncinya, di sanalah seorang pemuda melepaskan segala bebannya.” ujar Pierre Gruth. Sejak saat itu sebutan X-Fuera melekat pada diri Lorenzo, walaupun aksi menyalip dari sisi luar tikungan sudah ia lakukan sejak tahun 2001 di Braga. “Di sana saya memenangi kejuaraan Eropa. Saya melakukan “x fuera” pada Mattia Angeloni rival yang berebut posisi pertama, waktu itu saya belum menyadarinya dan tak ada yang mengetahuinya kecuali saya, sampai saya memenangi balapan itu dan menyadari bahwa saya telah melakukan sesuatu yang berbeda”.
Hasil balapan Brazil 2003:
1. Jorge Lorenzo Derbi 41’51.624
2. Casey Stoner Aprilia +0’00″232
3. Alex DeAngelis Aprilia +0’00″372
4. Dani Pedrosa Sling +0’00″589
5. Pablo Nieto Aprilia +0’00″771
6. Andrea Dovizioso Sling +0’00″899
7. S. Perugini Aprilia +0’01″240
8. G. Talmacsi Aprilia +0’03″835
sumber: @JLFanGroupID (motociclismo, elmundodeporte, x-fuera desde dentro)
0 komentar:
Posting Komentar